Kabar mengenai potensi gempa dan tsunami di Selatan Jawa kini semakin mencuat dan menyisakan ketakutan besar di hati masyarakat sekitar.
Terlebih, potensi gempa yang akan terjadi sangat besar, mencapai magnitudo 8,8 sehingga memicu terjadinya bencana susulan berupa tsunami setinggi 20 meter.
Hanya saja, kapan pastinya bencana itu akan terjadi belum bisa diprediksi.
Ditengah kecemasan dan ketakutan ini, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, mengajak masyarakat untuk menerima kenyataan.
“Jawaban saya adalah bahwa kita harus jujur mengakui dan menerima kenyataan bahwa wilayah kita memang rawan gempa dan tsunami.
Khususnya wilayah Selatan Jawa, keberadaan zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia merupakan generator gempa kuat sehingga wajar jika wilayah selatan Jawa merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami,” tuturnya melalui pesan singkat, Sabtu (20/7). Demikian dikutip dari TribunJabar.id.
Sejauh ini, wilayah selatan Jawa tercatat sudah sebanyak 16 kali diguncang gempa besar dengan kekuatan di atas magnitudo 7,0. Yaitu pada tahun 1863, 1867, 1871, 1896, 1903, 1923, 1937, 1945, 1958, 1962, 1967, 1979, 1980, 1981, 1994, dan 2006.
“Sementara itu tsunami Selatan Jawa juga pernah terjadi pada tahun 1840, 1859, 1921, 1994, dan 2006,” lanjut Daryono.
“Ini bukti bahwa informasi potensi bahaya gempa yang disampaikan para ahli adalah benar bukanlah berita bohong,” ujarnya.
Daryono pun kembali menegaskan bahwa kabar potensi gempa besar dan tsunami yang menghebohkan masyarakat belakangan ini bukan hoax atau pun prediksi semata.
Terlebih, potensi gempa yang akan terjadi sangat besar, mencapai magnitudo 8,8 sehingga memicu terjadinya bencana susulan berupa tsunami setinggi 20 meter.
Hanya saja, kapan pastinya bencana itu akan terjadi belum bisa diprediksi.
Ditengah kecemasan dan ketakutan ini, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, mengajak masyarakat untuk menerima kenyataan.
“Jawaban saya adalah bahwa kita harus jujur mengakui dan menerima kenyataan bahwa wilayah kita memang rawan gempa dan tsunami.
Khususnya wilayah Selatan Jawa, keberadaan zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia merupakan generator gempa kuat sehingga wajar jika wilayah selatan Jawa merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami,” tuturnya melalui pesan singkat, Sabtu (20/7). Demikian dikutip dari TribunJabar.id.
Sejauh ini, wilayah selatan Jawa tercatat sudah sebanyak 16 kali diguncang gempa besar dengan kekuatan di atas magnitudo 7,0. Yaitu pada tahun 1863, 1867, 1871, 1896, 1903, 1923, 1937, 1945, 1958, 1962, 1967, 1979, 1980, 1981, 1994, dan 2006.
“Sementara itu tsunami Selatan Jawa juga pernah terjadi pada tahun 1840, 1859, 1921, 1994, dan 2006,” lanjut Daryono.
“Ini bukti bahwa informasi potensi bahaya gempa yang disampaikan para ahli adalah benar bukanlah berita bohong,” ujarnya.
Daryono pun kembali menegaskan bahwa kabar potensi gempa besar dan tsunami yang menghebohkan masyarakat belakangan ini bukan hoax atau pun prediksi semata.